PROSES PEMBUATAN SEMEN
Semen
merupakan bahan bangunan yang digunakan untuk merekat, melapis, membuat
beton, dll. Semen yang terbaik saat ini adalah semen Portland yang
ditemukan tahun 1824 oleh Joseph Aspdin.
Bahan Baku Pembuatan Semen:
1. Batu kapur
Batu
kapur merupakan Komponen yang banyak mengandung CaCO3 dengan sedikit
tanah lia, Magnesium Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa oksida
lainnya. Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur berwarna
abu-abu hingga kuning.
2. Tanah Liat
Komponen
utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina Silikat Hidrat
Klasifikasi Senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral yang
dikandungnya : Kelompok Montmorilonite Meliputi : Monmorilosite,
beidelite, saponite, dan nitronite Kelompok Kaolin Meliputi : kaolinite,
dicnite, nacrite, dan halaysite Kelompok tanah liat beralkali Meliputi
: tanah liat mika (ilite).
3. Pasir Besi dan Pasir Silikat
Bahan
ini merupakan Bahan koreksi pada campuran tepung baku (Raw Mix)
Digunakan sebagai pelengkap komponen kimia esensial yang diperlukan
untuk pembuatan semen Pasir Silika digunakan untuk meneikkan kandungan
SiO2 Pasir Besi digunakan untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam Raw Mix.
4. Gypsum ( CaSO4. 2 H2O )
Berfungsi
sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen
Hilangnya kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau
berkurangnya sifat gipsum sebagai retarder
PROSES PEMBUATAN SEMEN
Semen
dapat dibuat dengan 2 cara Proses Basah Proses Kering Perbedaannya
hanya terletak pada proses penggilingan dan homogenisasi.
1. QUARRY ( PENAMBANGAN ):
Bahan
tambang berupa batu kapur, batu silika,tanah liat, dan
material-material lain yang mengandung kalsium, silikon,alumunium,dan
besi oksida yang diekstarksi menggunakan drilling dan blasting.
- Penambangan Batu Kapur:
Membuang lapisan atas tanah Pengeboran Membuat lubang dengan bor untuk
tempat Peledakan Blasting ( peledakan ) Dengan teknik electrical
detonation.
- Penambangan Batu Silika:
Penambangan
silika tidak membutuhkan peledakan karena batuan silika merupakan
butiran yang saling lepas dan tidak terikat satu sama lain. Penambangan
dilakukan dengan pendorongan batu silika menggunakan dozer ke tepi
tebing dan jatuh di loading area.
- Penambangan Tanah Liat:
Penambangan Tanah Liat Dilakukan dengan pengerukan pada lapisan
permukaan tanah dengan excavator yang diawali dengan pembuatan jalan
dengan sistem selokan selang seling.
2. Crushing:
Pemecahan material material hasil penambangan menjadi ukuran yang lebih
kecil dengan menggunakan crusher. Batu kapur dari ukuran < 1 m →
< 50 m Batu silika dari ukuran < 40 cm→ < 200 mm
3.CONVEYING:
Bahan mentah ditransportasikan dari area penambangan ke lokasi
pabrik untuk diproses lebih lanjut dengan menggunakan belt conveyor.
4. RAW MILL ( PENGGILINGAN BAHAN BAKU ):
Proses Basah Penggilingan dilakukan dalam raw mill dengan menambahkan
sejumlah air kemudian dihasilkan slurry dengan kadar air 34-38
%.Material-material ditambah air diumpankan ke dalam raw mill. Karena
adanya putaran, material akan bergerak dari satu kamar ke kamar
berikutnya.Pada kamar 1 terjadi proses pemecahan dan kamar 2/3 terjadi
gesekan sehingga campuran bahan mentah menjadi slurry.
Proses
Kering Terjadi di Duodan Mill yang terdiri dari Drying Chamber, Compt
1, dan Compt 2. Material-material dimasukkan bersamaan dengan
dialirkannnya gas panas yang berasal dari suspension preheater dan
menara pendingin. Pada ruangan pengering terdapat filter yang berfungsi
untuk mengangkut dan menaburkan material sehingga gas panas dan material
berkontaminasi secara merata sehingga efisiensi dapat tercapai. Terjadi
pemisahan material kasar dan halus dalam separator.
5. HOMOGENISASI:
Proses Basah Slurry dicampur di mixing basin,kemudian slurry
dialirkan ke tabung koreksi; proses pengoreksian. Proses Kering
Terjadi di blending silo dengan sistem aliran corong.
6. Pembakaran/ Pembentukan Clinker:
Pembakaran/ Pembentukan Clinker terjadi di dalam kiln. Kiln adalah alat
berbentuk tabung yang di dalamnya terdapat semburan api. Kiln di design
untuk memaksimalkan efisiensi dari perpindahan panas yang berasal dari
pembakaran bahan bakar.
PEMBENTUKAN CLINKER:
Proses yang terjadi di dalam kiln: Pengeringan Slurry Pemanasan Awal Kalsinasi Pemijaran Pendinginan Penyimpanan Klinker
PENGERINGAN SLURRY:
PENGERINGAN SLURRY terjadi pada daerah 1/3 panjang kiln dari inlet pada
temperatur 100-500◦C sehingga terjadi pelepasan air bebasdan air
terikat untuk mendapatkan padatan tanah kering.
Pemanasan Awal :
Pemanasan Awal terjadi pada daerah 1/3 setelah panjang kiln dari inlet.
Selama pemanasan tidak terjadi perubahan berat dari material tetapi
hanya peningkatan suhu yaitu sekitar 600°C dengan menggunakan preheater.
KALSINASI:
KALSINASI Penguraian kalsium karbonat menjadi senyawa-senyawa penyusunnya pada suhu 600 oC.
reaksinya:
CaCO3 → CaO + CO2 MgCO3 → MgO + CO2
PEMIJARAN:
Reaksi antara oksida-oksida yang terdapat dalam material yang membentuk
senyawa hidrolisis yaitu C4AF, C3A, C2S pada suhu 1450° C membentuk
Clinker.
PENDINGINAN:
terjadi pendinginan Clinker secara mendadak dengan aliran udara
sehingga Clinker berukuran 1150-1250 gr/liter. Clinker yang keluar dari
Cooler bersuhu 150-250° C.
TRANSPORTASI & PENYIMPANAN CLINKER :
Klinker kasar akan jatuh kedalam penggilingan untuk dihaluskan.
Kemudian dengan drag chain, klinker yang telah dihaluskan diangkut
menuju silo klinker atau langsung ke proses cement mill untuk diproses
lebih lanjut menjadi semen.
CEMENT MILL:
Merupakan proses penggilingan akhir dimana terjadi pebghalusan
clinker-clinker bersama 5 % gipsum alami atau sintetik. Secara umum,
dibagi menjadi 3 proses: Penggilingan clinker Pencampuran Pendinginan.
KEUNTUNGAN & KERUGIAN PROSES BASAH :
Kadar alkalisis, klorida,dan sulfat tidak menimbulkan gangguan
penyempitan dalam saluran material masuk kiln. Deposit yang tidak
homogen tidak berpengaruh karena mudah untuk mencampur dan
mengoreksinya. Pencampuran dan koreksi slurry lebih mudah karena berupa
larutan. Fluktuasi kadar air tidak berpengaruh pada proses. KERUGIAN
Proses basah baik digunakan hanya bila kadar air bahan bakunya cukup
tinggi Pada waktu pembakaran memerlukan banyak panas, sehingga konsumsi
bahan bakar lebih banyak Kiln yang dipakai lebih panjang karena proses
pengeringan yang terjadi dalam kiln menggunakan 22 % panjang kiln.
KEUNTUNGAN & KERUGIAN PROSES KERING:
KEUNTUNGAN: Kiln yang digunakan relatif pendek Kebutuhan panas lebih rendah.
KERUGIAN: Rata-rata kapasitas kiln lebih besar Fluktuasi kadar air
menganggu operasi, karena materail lengket di inlet kiln
Terjadi penebalan/penyempitan pada saluran pipa kiln.
Hasil Akhir:
Semen PPC: semen campuran yang menggunakan pozzolan sebagai bahan
tambahan pada campuran terak dan gips dalam proses penggilingan akhir.
Sesuai untuk pengecoran beton massa, dam, irigasi, bangunan tepi laut
atau rawa, yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang.
Jenis-Jenis Semen:
Sement Portlan
a.
Sement Portland Type I (Ordinary Portland Cement) dipakai untuk
keperluan konstruksi bangunan biasa yang tidak memerlukan persyaratan
khusus, seperti bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung sekolah dan
perkantoran, bangunan pabrik, gedung bertingkat, dll.
b. Semen Portland Type II
(Moderate Heat Semen) Dipakai untuk keperluan beton yang memerlukan
ketahanan sulfat atau panas hidrasi sedang. Biasanya semen ini digunakan
untuk bangunan pinggir laut (pelabuhan), aliran irigasi, landasan
jembatan, bangunan di bekas tanah rawa, beton massa untuk dam-dam.
c. Semen Portland Type III ( High
Early Strength Cement) Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan
kekuatan tekan tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi.
Biasanya digunakan untuk daerah yang bersuhu dingin, bangunan
bertingkat, dan bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan
terhadap sulfat.
d. Semen Portland Type IV (Low
Heat Cement) penggunaanya memerlukan panas hidrasi rendah karena
mengandung C4AF dan C2S lebih banyak. Pengerasan dan perkembangan
kekuatanya lambat. Digunakan untuk bangunan di daerah panas, pembuatan
beton atau konstruksi berdimensi tebal.
e. Semen Portland Type V (Sulfate
Resistance Cement) semen portland dengan daya tahan sulfat yang tinggi
termasuk tahan terhadap larutan garam sulfat dalam air. Digunakan untuk
bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buangan industri,
bangunan yang pengaruh gas atau uap kimia yang agresif dan bangunan yang
selalu berhubungan dengan air panas.
2. Oil Well Cement (OWC) Class
G-HSR: Digunakan untuk pembuatan lapisan sumur minyak yang dalam dan
untuk menyumbat sumur setelah dibor.
Class A, digunakan untuk kedalaman 1830 m.
Class B, digunakan untuk kedalaman 1830 m, dengan ketahanan terhadap sulfat tingkat menengah dan tinggi.
Class C, untuk kedalaman 1830 m, dengan ketahanan awal yang tinggi dan ketahanan sulfat tingkat menengah dan tinggi.
Class
G, untuk kedalaman 2440 m, sering disebut juga dengan basic OWC karena
adanya penembahan aditif sehingga dapat digunakan untuk berbagai
kedalaman.
3. Sement Portland Campur (Mixed
Cement) disebut juga Super Masonry Cement. Digunakan untuk
konstruksi ringan, sedang, untuk plesteran, pemasangan bata dan bahan
bangunan.
4. Masonry Cement Type M,S,N: Semen ini digunakan untuk plesteran, pemasangan bata, dan keramik.
5.
Semen Putih: dapat digunakan untuk plamir tembok, pembutan tekel /
traso, pemasangan keramik, tegel dan marmer. Semen jenis ini mudah
diberi warna sesuai keinginan.
Untuk Video produksi semen bisa diunduh di Video Semen Gresik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar