A. SABUN
- Pengenalan Sabun
Sabun
merupakan bahan logam alkali dengan rantai asam monocarboxylic yang
panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan abun bergantung
pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada
sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa
digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).
Sabun
berfungsi untuk mengemulsi kotoran kotoran berupa minyak ataupun zat
pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak
dengan larutan alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan
dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan
laut.
Pada
saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan
bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti
sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah
tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri.
Kandungan
zat zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat
dan jenis sabun. Zat zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang
menguntungkan maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu
memperhatikan kualitas sabun dengan teliti sebelum membeli dan
menggunakannya.
- Macam-macam Sabun
a. Shaving Cream
Shaving
Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah campuran
minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.
b. Sabun Cair
Sabun
cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak
serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun,
dapat ditambahkan gliserin atau alkohol.
c. Sabun kesehatan
Sabun
kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum yang
rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteri
adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil
anilida, tri-klor carbanilyda, irgassan Dp300 dan sulfur.
d. Sabun Chip
Pembutan
sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan sabun
yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan
komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu
melalui pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabun yang
berbentuk batangan.
e. Sabun Bubuk untuk mencuci
Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dr y-m ixing.
Sabun bubuk mengandung bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah,
sodium metaksilat, sodium karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.
- . Bahan Baku Pembuatan Sabun
a. Bahan Baku: Minyak/Lemak
Minyak/lemak
merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari
gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang
digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak
dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan
berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan
berwujud padat.
Minyak
tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun
memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18.
Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan
iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat
sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak
tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak
akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik
sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan
rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh
yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga
akan lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
b. Bahan Baku: Alkali
Jenis
alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal dengan
soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3
(abu soda/natrium karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat
menyabunkan asam lemak, tetapi tidak dapat menyabunkan trigliserida
(minyak atau lemak).
Ethanolamines
merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa tersebut dapat
digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang dihasilkan
sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan
kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa
menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum
digunakan sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah
tangga. Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri
sabun dengan tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
c. Bahan Pendukung
Bahan
baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan sabun
hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai
sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah
NaCl (garam) dan bahan-bahan aditif.
v NaCl
merupakan komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl
pada produk akhir sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi
di dalam sabun dapat memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan
umumnya berbentuk air garam (brine) atau padatan (kristal). NaCl
digunakan untuk memisahkan produk sabun dan gliserin.
v Bahan
aditif merupakan bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang
bertujuan untuk mempertinggi kualitas produk sabun sehingga menarik
konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut antara lain : Builders, Fillers
inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
- Metode-metode Pembuatan Sabun
Pada
proses pembuatan sabun, digunakan metode-metode untuk menghasilkan
sabun yang berkualitas dan bagus. Beberapa metode pembuatan sabun,
yaitu:
a. Metode Batch
Pada
proses batch, lemak atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau
KOH) berlebih dalam sebuah ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam
garam ditambahkan untuk mengendapkan sabun. Lapisan air yang mengandung
garam, gliserol dan kelebihan alkali dikeluarkan dan gliserol diperoleh
lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal yang bercampur dengan
garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air dan diendapkan
dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air
secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk
lapisan yang homogen dan mengapung.
Sabun
ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai
sabun industri yang murah. Beberapa bahan pengisi ditambahkan, seperti
pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok. Beberapa perlakuan
diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi, sabun bubuk,
sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung (dengan
melarutkan udara di dalamnya).
b. Metode Kontinu
Metode
kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang. lemak atau minyak
dihidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan
katalis seperti sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu
dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang
terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara
penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk
menjadi sabun.
5.
- Pembuatan Sabun dalam Industri
a. Saponifikasi Lemak Netral
Pada
proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali, kedua reaktan
tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi dapat mengkatalisis dengan
sendirinya pada kondisi tertentu dimana pembentukan produk sabun
mempengaruhi proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu
percepatan pada kecepatan reaksi. Jumlah alkali yang dibutuhkan untuk
mengubah paduan trigliserida menjadi sabun dapat dihitung berdasarkan
persamaan berikut :
Trigliserida + 3NaOH 3RCOONa + Gliserin
NaOH = [SV x 0,000713] x 100/ NaOH (%) [SV / 1000] x [MV (NaOH)/MV(KOH)
Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul
Dimana SV adalah angka penyabunan dan MV adalah berat molekul
Komponen
penting pada sistem ini mencakup pompa berpotongan untuk memasukkan
kuantitas komponen reaksi yang benar ke dalam reaktor autoclave, yangt
beroperasi pada temperatur dan tekanan yang sesuai dengan kondisi
reaksi. Campuran saponifikasi disirkulasi kembali dengan autoclave.
Temperatur campuran tersebut diturunkan pada mixer pendingin, kemudian
dipompakan ke separator statis untuk memisahkan sabun yang tidak tercuci
dengan larutan alkali yang digunakan. Sabun tersebut kemudian dicuci
dengan larutan alkali pencuci dikolam pencuci untuk memisahkan gliserin
(sebagai larutan alkali yang digunakan) dari sabun. Separator sentrifusi
memisahkan sisa sisa larutan alkali dari sabun. Sabun murni (60-63 %
TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer untuk menghasilkan
sabun dalam bentuk butiran (78-83 % TFM)yang siap untuk diproses
menjadi produk akhir.
b. Pengeringan Sabun
Sabun
banyak diperoleh setelah penyelesaian saponifikasi (sabun murni) yang
umumnya dikeringkan dengan vakum spray dryer. Kandungan air pada sabun
dikurangi dari 30-35% pada sabun murni menjadi 8-18% pada sabun butiran
atau lempengan. Jenis jenis vakumspray dryer, dari sistem tunggal hingga
multi sistem, semuanya dapat digunakan pada berbagai proses pembuatan
sabun. Operasi vakum spray dryer sistem tunggal meliputi pemompaan sabun
murni melalui pipa heat exchanger dimana sabun dipanaskan dengan uap
yang mengalir pada bagian luar pipa.
Sabun
yang sudah dikeringkan dan didinginkan tersimpan pada dinding ruang
vakum dan dipindahkan dengan alat pengerik sehingga jatuh di plodder,
yang mengubah sabun ke bentuk lonjong panjang atau butiran. Dryer dengan
mulai memperkenalkan proses pengeringan sabun yang lebih luas dan lebih
efisien daripada dryer sistem tunggal.
c. Netralisasi Asam Lemak
Reaksi
asam basa antara asam dengan alkali untuk menghasilkan sabun
berlangsung lebih cepat daripada reaksi trigliserida dengan alkali.
RCOOH + NaOH RCOONa + H2O
Jumlah alkali (NaOH) yang dibutuhkan untuk menetralisasi suatu paduan asam lemak dapat dihitung sebagai berikut :
NaOH = {berat asam lemak x 40) / MW asam lemak
Berat molekul rata rata suatu paduan asam lemak dapat dihitung dengan
persamaan :
MW asam lemak = 56,1 x 1000/ AV
Dimana AV (angka asam asam lemak paduan) = mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralisasi 1 gram asam lemak
d. Penyempurnaan Sabun
Dalam
pembuatan produk sabun batangan, sabun butiran dicampurkan dengan zat
pewarna, parfum, dan zat aditif lainnya kedalamm ixer(analgamator).
Campuran sabun ini klemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah
campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen. Produk tersebut
kemudian dilanjutkan ke tahap pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan
mata pisau memotong sabun tersebut menjadi potongan potongan terpisah
yang dicetak melalui proses penekanan menjadi sabun batangan sesuai
dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan. Proses pembungkusan,
pengemasan, dan penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.
- Cara Kerja Sabun
Keadaan
kotor yang kita jumpai saat membuat sabun berbeda sekali dengan
kegunaan sabun yang tiada bandingnya untuk membersihkan kotoran. Sekilas
sabun adalah bahan ajaib yang bisa membersihkan segala kotoran, dia
bisa membedakan yang mana yang kotoran dan yang mana yang bukan. Dia
juga bisa menyatukan/membawa sekaligus air dan kotoran yang dilekatkan
oleh badan kita dengan keringat yang mengandung minyak, padahal kita
tahu bahwa air dan minyak tidak mungkin bersatu. Tapi bahab ajaib itu
sebenarnya tidak ada. Untuk mengetahui cara kerjanya kita harus melihat
dulu susunan molekul sabun.
Molekul
sabun terdiri dari bagian yang disebut ekor dan kepala. Ekor sabun
terdiri dari bahan minyak dan kepala sabun terdiri dari bahan air (lihat
bahan pembuat sabun). Karena ekor sabun terdiri dari minyak, maka ekor
sabun akan bisa menyatu dengan kotoran yang terdiri dari minyak juga.
Sementara itu kepala sabun yang terdiri dari air akan melekat dengan
molekul air. Itulah sebabnya sabun bisa membawa minyak dan air
sekaligus.
8.
B. DETERJEN
1. Pengenalan Deterjen
Deterjen
merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari, terutama untuk keperluan rumah tangga dan
industri. Deterjen dapat berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang
mengandung konstituen bahan aktif pada permukaannya dan konstituen bahan
tambahan. Konstituen bahan aktif adalah berupa surfaktan yang merupakan
singkatan dari surface active agents,
yaitu bahan yang menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di
antarmuka fasa (baik cair-gas maupun cair-cair) untuk mempermudah
penyebaran dan pemerataan. Adapun konstituen tambahan dapat berupa
pembangun, zat pengisi, zat pendorong, diantaranya adalah : Garam
dodesilbenzena sulfonat, natrium lauril eter sulfat, kokonum sitrat, dan
metil paraben.
Deterjen
pertama yang dihasilkan yaitu natrium lauril sulfat (NSL) yang berasal
dari lemak trilausil yang kemudian direduksi dengan hidrogen dibantu
dengan katalis. Setelah itu, direaksikan dengan asam sulfat lalu
dinetralisasi. Karena proses produksinya yang mahal, maka penggunaan NSL
ini tidak dilanjutkan.
Industri
deterjen selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan alkil benzena
sulfonat (ABS). Akan tetapi, ABS ini memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan karena molekul ABS ini tidak dapat dipecahkan oleh
mikroorganisme sehingga berbahaya bagi persediaan suplai air tanah.
Selain itu, busa dari ABS ini menutupi permukaan air sungai sehingga
sinar matahari tidak bisa masuk pada dasar sungai yang dapat menyebabkan
biota sungai menjadi mati dan sungai menjadi tercemar.
Perkembangan
selanjutnya ABS diganti dengan linear alkil sulfonat (LAS). Detergen
ini memiliki rantai karbon yang panjang dan dapat dipecahkan oleh
mikroorganisme sehingga tidak menimbulkan busa pada air sungai. Akan
tetapi, LAS juga memiliki kekurangan yaitu dapat membentuk fenol, suatu
bahan kimia beracun.
Deterjen
yang beredar di pasaran atau yang dikonsumsi sebagian masyarakat
Indonesia merupakan hasil produksi dalam negeri, tetapi dengan lisensi
dari perusahaan luar negeri.
2. Bahan Baku Pembuatan Deterjen
a. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent)
merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu
hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan
air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan
bahan, meningkatkan daya pembasahan air sehingga kotoran yang berlemak
dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat kotoran dari kain dan
mensuspensikan kotoran yang telah terlepas. Secara garis besar, terdapat
empat kategori surfaktan yaitu:
v Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate (LAS), dan Alpha Olein Sulfonate (AOS)
v Kationik : Garam Ammonium
v Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
v Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
b. Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air.
v Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
Garam posfat digunakan sebagai pembina (builder) dalam detergen dimana ia memberikan perlembutan air (water softening), kealkalian dan penghilangan kotoran serta penyebaran (dispersion).
Juga
sebagai bahan bantu pada proses terbaik semasa pembuatan detergen
seperti penyerapan surfaktan cair dan pengikatan air bebas.
Fosfat yang paling lazim digunakan dalam aplikasi detergen adalah garam sodium dan potassium pirofosfat dan tripolifosfat.
v Asetat : Nitril Tri Acetate (NTA) dan Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
v Sitrat : Asam Sitrat
c. Filler
Filler
(pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. Contohnya adalah
sodium karbonat. Sodium
karbonat merupakan bahan deterjen multifungsi. Diantaranya adalah untuk
kekerasan air (melalui pemendakan), sumber kealkalian, pengisi (filler), pembawa dan bahan bantu pengaglomeratan (agglomeration) untuk serbuk.
d. Aditif
Aditif
adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan
langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk
maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
3. Jenis-jenis Deterjen
Berdasarkan senyawa organik yang dikandungnya, deterjen dikelompokkan menjadi :
a. Deterjen anionik (DAI)
Merupakan
deterjen yang mengandung surfaktan anionik dan dinetralkan dengan
alkali. Deterjen ini akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif
apabila dilarutkan dalam air. Biasanya digunakan untuk pencuci kain.
Kelompok utama dari deterjen anionik adalah :
· Rantai panjang (berlemak) alkohol sulfat
· Alkil aril sulfonat
· Olefin sulfat dan sulfonat
b. Deterjen kationik
Merupakan
deterjen yang mengandung surfaktan kationik. Deterjen ini akan berubah
menjadi partikel bermuatan positif ketika terlarut dalam air, biasanya
digunakan pada pelembut (softener). Selama proses pembuatannya
tidak ada netralisasi tetapi bahan-bahan yang mengganggu dihilangkan
dengan asam kuat untuk netralisasi. Agen aktif permukaan kationik
mengandung kation rantai panjang yang memiliki sifat aktif pada
permukaannya. Kelompok utama dari deterjen kationik adalah :
· Amina asetat (RNH3)OOCCH3 (R=8 sampai 12 atom C)
· Alkil trimetil amonium klorida (RN(CH3))3+ (R=8 sampai 18 atom karbon)
· Dialkil dimetil amonium klorida (R2N(CH3)2)+Cl- (R=8 sampai 18 atom C)
· Lauril dimetil benzil amonium klorida (R2N(CH3)2CH2C2H6)Cl
c. Deterjen nonionik
Merupakan
senyawa yang tidak mengandung molekul ion sementara, kedua asam dan
basanya merupakan molekul yang sama. Deterjen ini tidak akan berubah
menjadi partikel
bermuatan apabila dilarutkan dalam air tetapi dapat bekerja di dalam
air sadah dan dapat mencuci dengan baik hampir semua jenis kotoran.
Kelompok utama dari deterjen nonionik adalah :
· Etilen oksida atau propilen oksida
· Polimer polioksistilen
HO(CH2CH2O)a(CHCH2O)b(CH2CH2O)cH CH3
CH3
· Alkil amida
HOCHCH3NH2-HOOCC17O38 R
R
d. Deterjen Amfoterik
Deterjen
jenis ini mengandung kedua kelompok kationik dan anionik. Detergen ini
dapat berubah menjadi partikel positif, netral, atau negatif bergantung
kepada pH air yang digunakan. Biasanya digunakan untuk pencuci alat-alat
rumah tangga. Kelompok utama dari deterjen ini adalah : Natrium lauril
sarkosilat ( CH3(CH2)10CH2NHCH2CH2CH2COONa) dan natrium mirazol.
Menurut kandungan gugus aktifnya maka detergen diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Detergen jenis keras
Detergen
jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut
dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang
menyebabkan pencemaran air.
Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).
ABS
merupakan suatu produk derivat alkil benzen. Proses pembuatan ABS ini
adalah dengan mereaksikan Alkil Benzena dengan Belerang Trioksida, asam
Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil Benzena Sulfonat.
Jika dipakai Dodekil Benzena, maka persamaan reaksinya adalah:
C6H5C12H25 + SO3 = C6H4C12H25SO3H (Dodekil Benzena Sulfonat)
Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat
b. Detergen jenis lunak
Detergen
jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh
mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .
Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).
Proses
pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam
Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
C12H25OH + H2SO4 = C12H25OSO3H + H2O
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
4. Pembuatan Deterjen
Alkil
aril sulfonat terbentuk dari sulfonasi alkil benzena, alkil benzena
mengandung inti dengan satu atau lebih rangkaian alifatik (alkil). Inti
alkil benzena bisa benzena, toluene, xylena, atau fenol. Alkil benzena
yang biasa digunakan adalah jenis DDB (deodecil benzena).
Pembuatan deodecil benzena (C6H6C12H25) dilakukan dengan alkilasi benzena dengan alkena (C12H24)
dibantu dengan katalis asam. Alkilasi benzena kemudian dilakukan reaksi
Fiedel-Craft. Detergen alkil benzena yang dihasilkan melalui proses
Fiedel-Craft memliki sifat degradasi biologis yang buruk karena terdapat
300 isomer dari propilen tetramer.
Blok Diagram Sabun
Informasi tentang industri deterjen dapat diunduh disini Industri deterjen.pdf
Graton Casino Hotel Las Vegas - Mapyro
BalasHapusFind 울산광역 출장마사지 your way around the casino, 의왕 출장마사지 find 제주도 출장안마 where everything is located with these helpful tips to 논산 출장샵 help you 부천 출장샵 earn the best rate.Restaurants · Largest Casino · Hotel · Largest Sports Bar